Minggu, 14 Juni 2015

MAKALAH CT - SCAN




MAKALAH
 CT - SCAN



Disusun Oleh :

                                        MOH. NOZA FURQON
                                   
YAYASAN SUARA JATI NATA DAMA MATARAM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ZAMZAM MATARAM
PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI
TA. 2015-201





KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada saya melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga saya bisa sedikit menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat serta salam saya tujukan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Saya bersyukur bahwa akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran bahwa segala keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi ini agar dapat mencapai kesempurnaan. Dan saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang membimbing matakuliah Tehnik Radiologi. Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instan namun memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami mengenai “OSSA PELVIS”.
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………..……………………………………………II
BAB I PENDAHULUA
          1.1.Latar Belakang……………………………………………………….1
          1.2..Rumusan Masalah…………………………………………………1
          1.3.Tujuan………………………………………………………………2
  BAB II PEMBAHASAN
          2.1.   Pengertian CT Scan.……………………………………………3
          2.2.sejarah CT  scan dan perkembanganya …………………………..4
          2.3 tujuan pengunaan CT Scanl……………………………………….4
          2.4.Bagian –bagian CT Scan.………………...………………..............5
          2.5.Cara kerja CT Scan dan perkembangannya ……………………….6
          2.6.Sistem computer dan system control …………………………….12
          2.7. Peta distribusi besaran fisik………………………………………………….13
          2.8.Kegunaan CT Scan ………………………………………………..13
          2.9 .Kelebihan dan kekurangan CT Scan……………………………..18
          2.10.Penatalaksanaan………………………………………………….18
BAB III PENUTUP
          3.1.Kesimpulan……………………………………………………….22
          3.2.Saran……………………...……………………………………… 22
 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………23


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
CT ditemukan secara independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir Godfrey Hounsfield dan Dr Alan Cormack. Hal ini segera menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit medis. Untuk pekerjaan besar ini mereka ini, Hounsfield dan Cormack bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979. CT scanner pertama mulai diinstal dan dioperasikan secara luas pada tahun 1974. Penggunaan zat-zat radioaktif merupakan bagian dari teknologi nuklir yang relatif cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat radioaktif mempunyai sifat-sifat yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh unusr-unusr lain. Dengan memanfaatkan sifat-sifat radioaktif tersebut, maka banyak persoalan yang rumit yang dapat disederhanakan sehingga penyelesaiannya menjadi lebih mudah. 
Salah satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk menembus benda padat. Sifat ini banyak digunakan dalam teknik radiografi yaitu pemotretan bagian dalam suatu benda dengan menggunakan radiasi nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan neutron. Hasil pemotretan tersebut direkam dalam film sinar-x.  Zat radioaktif banyak digunakan dalam bidang ndustry dan kedokteran. Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x. 

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian CT Scan ?
2.   Bagaimana sejarah perkembangan CT Scan?
3.      Apa tujuan dari CT Scan ?
4.      Sebutkan bagian-bagian dari CT Scan ?
5.      Bagaimana cara  kerja CT Scan?
6.      Bagaimana system computer dan system control ?
7.      Bagaimana peta distribusi besaran fisis ?
8.      Apa saja kegunaan dari CT Scan ?
9.      Apa kekurangan dari CT Scan ?
10.      Bagaimana penatalaksanaan CT scan ?
1.3  Tujuan  
1.      Untuk menjelaskan tentang  pengertian CT Scan
2.   Untuk mengetahui sejarah perkembangan CT Scan
3.      Untuk menjelaskan tentang tujuan dari CT Scan
4.      Untuk mengetahui tentang bagian-bagian dari CT Scan
5.      Untuk menjelaskan tentang prinsip kerja CT Scan
6.      Untuk menjelaskan tentang system computer dan system control
7.      Untuk mengetahui tentang peta distribusi besaran fisis
8.      Untuk mengetahui kegunaan dari CT Scan
9.      Untuk mengetahui  kekurangan dari CT Scan
10.      Untuk menjelaska tentang penatalaksanaan CT scan
                                                                       












BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
a.       .Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.      Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.       Brain contusion.
d.      Brain atrofi.
e.       Hydrocephalus
f.    Inflamasi
       Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal. Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di     antaranya:
a.       Computed / Computerized Tomography (CT)
b.      Computed Axial Tomography (CAT)
c.       Computerized Aided Tomography
d.      Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e.       Recontructive Tomography (RT)
f.        Computed Transmission Tomography (CAT)
g.       Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of Roentgenology" dengan istilah Computed Tomography (CT)
2.2 Sejarah perkembangan CT-SCAN
a.       Tahun 1917 , J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
b.      Tahun 1963 , A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh manusia
c.       Tahun 1972 , G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan klinis
d.      Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
e.       Tahun 1975 , First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama kalinya CT-Scan dapat digunakan untuk pemeriksaan seluruh tubuh
f.        Tahun 1979 , Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel
g.       Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT
h.       Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT
i.         Tahun 2000, lebih dari 30000 clinical CT Installations

      2.3  Tujuan
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. . Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
  • Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
  • Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
  • Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
  • Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
  • Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
      Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan
            2.4  Bagian-bagian CT Scan
Secara umum CT-Scan terdiri atas empat bagian pokok, yaitu sumber radiasi, sistem deteksi,manipulator mekanis, dan komputer beserta penampil. Fungsi
  Sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X.
  Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT-Scan adalah kristal natrium iodida yang “dikotori” (itu bahasa yang tepat menurutku) dengan talium (kristal NaI(Tl).
  Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada keduduan CT-Scan.
  Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi obyek yang di mayar atau di scan. Serta satu perangkat tambahan penting yaitu digital printer khusus untuk mencetak hasil obyek yang sudah di scan
2.5.Cara Kerja CT Scan dan Perkembangannya
    Adapun cara kerja CT scan dapat dijelaskan sebagai berikut : Selama CT scan bekerja, generator sinar X memberi daya ke tabung sinar X, sinar X dihasilkan oleh tabung sinar X dan diemisikan seperti diputar mengelilingi pasien. Kemudian sinar X dilewatkan melalui tubuh pasien ke detektor, yang mana ini sangat tergantung pada jenis dan model CT scanner, mungkin terdiri dari ionisasi gas xenon atau kristal (seperti cesium-iodine atau cadmium-tungsten). Selama satu putaran detektor menghasilkan sinyal listrik, yang dibangkitkan setelah penyinaran sinar X. Sinyal listrik ini ditransfer ke komputer, diproses dan direkonstruksi ke dalam gambar menggunakan algoritma yang telah deprogram sebelumnya. Setiap putaran tabung sinar X dan detektor direkonstruksi ke dalam gambar yang direferensikan sebagai irisan. Irisan dipresentasikan berupa potongan melintang dari detail anatomi tubuh, dan memungkinkan susunan anatomi di dalam tubuh dapat divisualisasikan hal yang tidak mungkin dengan radiography pada umumnya. Collimator ditempatkan didekat tabung sinar X dan pada setiap detektor untuk memperkecil sebaran radiasi dan berkas sinar X yang tepat dalam penggambaran pada saat scan. Tinggi collimator ditentukan untuk mendapatkan ketebalan irisan yang diinginkan.
          Saat ini terdapat beberapa jenis CT scanner untuk penggunaan maupun konfigurasi melakukan scanning berikutnya yang berbeda. CT scanner konvensional yang telah dikenalkan pada tahun 1970, mempunyai kabel yang diletakkan pada susunan detektor, dan oleh karena itu pada akhir putaran tabung sinar X, perakitan harus dikembalikan untuk menghindari kebingungan kabel, CT konvensional yang kecepatan scanningnya paling rendah. adalah CT scan spiral, yang juga dinamakan scanner helical atau volumetric dimana mempunyai konfigurasi gelang seret yang memungkinkan rotasi satu putaran kontinyu. Dalam scaning spiral meja pasien digerakkan melalui gantry, sementara tabung sinar X dan detektor berputar seperti gerakan spiral mengelilingi pasien. Kecepatan scanning lebih cepat jika irisan lebih tipis dan diperlukan breathhold pasien yang lebih pendek dari pada CT konvensional. CT scan spiral dikenalkan pada tahun 1989, sejak dikenalkan dapat memberi keuntungan dalam hal penggambaran CT, meningkatkan kecepatan dan kualitas scanning dibandingkan dengan CT scanner konvensional.

Gambar 1. Tabung dasar mesin CT scan

          Scanner multi irisan telah dikenalkan sejak tahun 1998 dipandang sebagai pengembangan lanjut dalam penggambaran CT, detektor mempunyai arah gerakan multi row yang memungkinkan akuisisi multi irisan gambar selama satu putaran tabung sinar X. Tergantung pada model pabrikasi, scanner multi irisan mungkin delapan kali lebih cepat dari pada scanner spiral irisan tunggal dan irisan dapat setipis setengah irisan yang tipis yang dapat dicapai oleh scanner spiral. Teknologi multi irisan masih dalam tahap pengembangan sejak tahun 2001. Berkas elektron CT scanner, juga dinamakan CT scanner ultra cepat, menggunakan teknologi scanning yang berbeda dari pada CT scanner yang lain, dimana putaran tabung sinar X secara mekanis. Berkas elektron CT scanner tidak memiliki bagian yang bergerak, yang demikian ini memungkinkan melakukan scan dengan cepat. Berkas elektron yang dibangkitkan dari elektron gun difokuskan pada putaran sinar X dan berkas sinar X dikendalikan sepanjang ring sasaran tungsten. Waktu scan mendekati sepuluh kali lebih cepat dari pada scaner multi irisan karena hanya berkas elektron yang bergerak selama scanning. Berkas elektron CT scan telah dikenalkan pada pertengahan tahun 1980 dandirancang untuk penggambaran jantung dan penggambaran bagian tubuh yang bergerak lainnya (seperti paru-paru) dan mempunyai kecepatan scaning tinggi.

Gambar 2. CT scan multi irisan

          Peralatan CT imaging sering disuplay dengan piranti pengarsipan gambar (CD, pita kaset), untuk piranti gambar hardcopy (film sinar X, gambar laser) dan kemampuan jaringan, tergantung pada fasilitas kebutuhan. Karena CT menggunakan cara digital, CT scanner seringkali di buatkan jaringan dengan perangkat digital lainnya, seperi sistem MRI, untuk memfasilitasi dalam memudahkan perbandingan gambar pada penglihatan monitor.

Gambar 3. Jaringan sistem managemen gambar

          Sebagaimana putaran scanner, detektor mengambil sejumlah snapshot yang dinamakan profil. Pada umumnya dalam setiap satu putaran diperoleh sekitar 1000 profil. Setiap profil dianalisa komputer dan satu set profil penuh dari setiap rotasi membentuk irisan gambar dua dimensi.

1. Pengoperasian Peralatan Scanner
          Setelah operator scanning menyiapkan dan memposisikan pasien pada meja scanning dengan tepat, opeartor berpindah ke ruang control dan memulai scan dengan menggunakan control komputer. Biasanya scanning protocol komputer telah diprogram sebelumnya untuk jenis scan pada umumnya (abdomen dan tulang panggul, dada , kepala) dan beberapa komputer memungkinkan dipesan scan protocol untuk dimasukkan. Selama scaning, operator menginstruksi pasien melalui sistem intercome mengenai breathhold dan posisi. Selanjutnya pengaturan komputer secara otomatis   memindahkan meja pasien sesuai dengan parameter scanning yang dipilih. Proses scan sendiri mungkin hanya membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit, namun total pemeriksaan mungkin membutuhkan waktu sampai di atas 30 menit, karena pasien harus disiapkan dan diposisikan.

Gambar 4. Ruang kontrol operator scanning

          Bila pemeriksaan telah lengkap, operator memproses data gambar menggunakan komputer workstation. Tergantung fasilitas, gambar mungkin dikirim ke prosesor film sinar X atau laser imager untuk dicetak sebagai hardcopy dan diberikan ke ruang pembacaan atau mungkin disimpan dalam disket atau ditransfer melalui sistem manajemen gambar digital untuk dipresentasikan memalui penglihatan monitor.

Gambar 5. Pelaksanaan proses scanning

2. Optimalisasi Peralatan Dengan Model Jaringan
          Sebelum pasien dipindahkan dari meja, operator radiologi dapat mereview gambar yang dikehendaki untuk meyakinkan kualitasnya cukup memenuhi untuk keperluan diagnose. Gerakan artifak, yang berupa lapisan, embun atau ketidak tepatan lain dalam gambar, mungkin terjadi jka pasien melakukan gerakan pada saat scan dilaksanakan atau bila susunan gambar bergerak(seperti jantung, paru-paru). Pengurangan ketebalan irisan gambar yang dikehendaki, mengubah waktu dari suntikan bahan kontras dan memperpendek waktu breathhold pasien dapat membantu mengurangi kejadian gerakan artifak. Operator radiologi akan memilih protocol scanning yang akan memberikan kualitas gambar maksimum dan dosis radiasi minimum. Dosis radiasi pada umumnya untuk CT scan mendekati sama dengan radiasi latar belakang alami , rata-rata orang kebanyakan dalam waktu satu tahun. Dosis radiasi pasien dari CT scan sedikit lebih tinggi dari pada prosedur sinar X pada umumnya. Scanner multi irisan yang lebih baru secara signifikan menghantarkan dosis radiasi yang lebih tinggi dari pada scanner spiral irisan tunggal, dosis lebih tinggi ini berkaitan dengan pasien pediatric khusus. Asosiasi Ahli radiologi di Amerika Serikat (ASRT) telah mengeluarkan pernyataan protocol scanning untuk scanning pediatric dan merekomendasikan bahwa protocol scanning khusus untuk pasien pediatric dan pabrikasi perangkat CT scan mengembangkan cakupan parameter yang disarankan untuk pasien pediatric didasarkan pada berat. ASRT mendorong teknolog/operator CT scan untuk sadar akan dosis radiasi untuk kasus pediatric jika diperlukan dapat menggunakan tameng radiasi, atau mengatur posisi pasien menggunakan filter dosis tertentu dan menambah pitch ratio (kecepatan meja/rotasi gantry) pada CT scan spirall.


                                                                                                 
2.6  Sistem Komputer dan Sistem Kontrol
Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT Scanner, yaitu mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan mengkonstruksi gambar tomografi. Komputer terdiri atas processor, array processor, harddisk dan sistem input-output.  Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan menginterprestasikan instruksi, melakukakaan eksekusi, dan menyimpan hasil-hasil dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja dan kecepatan bai sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan data dan software. 
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard. Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan untuk mendiagnosa hasil scanning. 
2.7 Peta distribusi besaran fisis
Citra yang dihasilkan oleh CT-Scan secara matematis dapat dipandang sebagai peta distribusi spasial parameter fisis f(x,y) dalam bidang dua dimensi tampang lintang obyek, tegak lurus sumbu z. Parameter fisis ini, yang besarnya dinyatakan dengan angka-angka, ditampilkan pada perangkat display dalam representasi warna, biasanya dalam derajat keabuan (grayscale) sehingga peta ini tampak sebagai gambar hitam putih di layar monitor. Bagian gambar yang memiliki warna paling gelap atau derajat keabuan paling tinggi merepresentasikan nilai parameter fisis yang kecil, sebaliknya bagian gambar yang paling terang atau derajat keabuan paling kecil merepresentasikan nilai parameter fisis yang besar. Parameter fisis yang ditampilkan ini bersesuaian dengan besaran fisis yang disebut koefisien atenuasi linear (linear attenuation coefficient) dan diberi lambang mu. Besarnya mu ditentukan oleh jenis bahan yang merujuk pada nomor atom (Z) dan energi radiasi (E). Jumlah intensitas radiasi terusan, selain ditentukan oleh tebal bahan, juga ditentukan oleh harga mu ini.
Singkatnya, gambar/citra yang dihasilkan oleh CT-Scan dapat dipandang sebagai peta distribusi besaran fisis, sehingga perbedaan tampilan warna atau derajat keabuan pada citra rekonstruksi menunjukkan perbedaan peta distribusi kerapatan internal obyek yang di scan.


2.8. Kegunaan CT Scan
 CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu. CT scan sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan sinus.
1.      CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4 – 5 mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.
2.      CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3.      CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
a.       kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi)
b.      kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.
4.      CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5.      CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx  F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari mandibula keatas.
Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,  sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan memberi informasi baik.
6.      CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7.      CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
8.      CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
9.      CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras diberikan  mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).
10.  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan. Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm. Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).
11.  CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.
12.  CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.
2.9 .Kelebihan dan Kekurangan CT-SCAN
Kelebihan CT scan
  • Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
  • Tidak invasive (tindakan non-bedah).
  • Waktu perekaman cepat.
  • Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Kekurangan CT scan
  • Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
  • Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
  • Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.
2.10  Penatalaksaan
A.    Persiapan  Pasien
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan.

Test awal yang dilakukan meliputi :
·         Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
·         Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
·         Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
·         Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut.
·         Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine.
·         Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer.
·         Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
Contoh pada kasus diabetes di lakukan persiapan sebagai brikut:
Bagi pasien diabetes
  • Berpuasa 6 jam sebelum melakukan pemindaian. Pastikan untuk hanya minum air putih saja dalam jumlah banyak.
  • Tidak minum obat diabetes oral atau suntikan insulin, lebih baik bawa obat-obatan tersebut pada saat melakukan pemindaian.
  • Konsumsi obat diabetes oral dan suntikan insulin satu hari sebelum pemindaian dilakukan.
  • 1.Pasien datang di pusat pencitraan 30 menit sebelum waktu perjanjian agar bisa dilakukan pemeriksaan gula darah.
Tidak merokok pada saat hari pemindaian.
Bawa serta hasil pemindaian sebelumnya seperti : PET/CT, MRI, CT, rontgen (sinar X), ultrasound, tes darah, dan laporan biopsi. Jika tersedia, bawa serta CD atau filmnya
Gunakan pakaian yang nyaman dan tidak menggunakan perhiasan. Simpan barang berharga di rumah.
Tidak melakukan olahraga keras atau aktivitas yang melelahkan sehari sebelum waktu pemeriksaan.
Siapkan waktu selama 3 jam untuk pelaksanaan pemeriksaan di tempat tersebut. Khusus bagi diabetesi, mereka perlu mengatur kadar gula darahnya hingga normal dan harus tinggal lebih lama di tempat tersebut.
  • Anda akan disuntikkan bahan radioaktif dalam jumlah kecil yang akan dimetabolisme oleh tubuh dan beberapa tumor.
  • Reaksi atau efek samping yang disebabkan oleh bahan radioaktif jarang terjadi, namun dalam kondisi yang sangat jarang, efek ringan dapat terjadi. Risiko yang dihubungkan dengan kadar radioaktivitas ini, bila ada, diyakini sangat kecil dan hampir selalu dibenarkan oleh manfaat yang diperoleh guna mendiagnosis atas penyakit yang mungkin terjadi.
  • Setelah disuntik, ada periode waktu selama jam untuk bisa dilakukan pencitraan.
  • Sesi pemindaian dapat berlangsung antara 20-30 menit. Setelah pemindaian dilakukan, dokter akan memeriksa gambaran yang dibutuhkan. Contoh sederhananya, pemindaian yang ditunda bisa jadi diperlukan karena pertimbangan dari dokter pengobatan nuklir.
  • Hadir tepat waktu. Bila Anda memelukan penjadualan ulang, Anda harus memberi tahu klinik 48 jam sebelumnya.
  • Prosedur ini tidak disarankan bagi pasien yang sedang atau kemungkinan akan hamil. Segera hubungi kami jika Anda memerlukan keterangan lebih lanjut.





B.     Prosedur

a.                 Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
b.                Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
c.    Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
d.   Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
e.    Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
f.     Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
g.    Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan.

C.     Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
a.       Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
b.      Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
c.       Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.





                                                                  






















BAB III
                                                                         PENUTUP

3.1 Kesimpulan
CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x. Sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu.

3.2 Saran
       
1.   Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
2 .   Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT
3.  Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.



























DAFTAR PUSTAKA

Adisti Gusmavita. 2009. CT Scanner. www.kompas.co.id .update : 10 Juni 2010 pukul : 15.10
(acces online)
Harnawati . 2008.  CT Scan. www.wordpass.com update : 10 Juni 2010 pukul:15.20  (acces
online)
Putu Adi . 2009. Protocol pemeriksaan CT Scan . www.wordpress update : 10 Juni 2010 pukul :
15.35 (acces online)
Arie . 2010. CT Scan dan kegunaannya. www.wordpress . update : 10 Juni 2010 pukul : 15.40
(acces online)
Yanuar . 2010. Prinsip kerja CT Scan. www.wordpress .  update : 10 Juni 2010 pukul : 16.00
(acces online)